Readers, seberapa sering anda mengakses akun instagram anda? Sekedar scroll untuk mengetahui postingan teman-teman? atau mungkin, memposting foto kegiatan anda hari ini? Sudah seperti wajib hukumnya kita sebagai kaum netizen mengakses beberapa media sosial yang ada digadget kita. Nah, jika anda memposting sesuatu di sosial media, seberapa sering anda menggunakan hashtag ? misalnya #currentmood #bored #weheartit #wip #tagstagramers #livefolk #liveauthentic #swaggg #happy #likeforlike dan seterusnya. Pernahkah anda melihat #OOTD? Biasanya hashtag ini dibubuhkan pada foto yang menunjukkan seseorang berpose dengan pakaian yang (menurutnya) keren dan disertai tag pada akun instagram semacam @ootdindo, @ootdindomen dan sebagainya.

Sebenarnya apa sih OOTD? Sejak kapan #OOTD mulai digunakan untuk menyertai foto yang barbau fashion? Dan siapa saja “oknum-oknum” yang memprakarsai lahirnya #OOTD ini? Pada bahasan kali ini saya akan coba membahas mengenai fenomena ini dan hubungannya dengan lifestyle dan era post-modern yang sedang berlangsung saat ini, let’s check it out!

Sebelum membahas lebih lanjut, berikut adalah video dari OOTDINDO untuk memeberi gambaran sedikit tentang OOTD di Indonesia


OOTD adalah kepanjangan dari Outfit Of The Day atau arti sepadan dalam bahasa indonesianya pakaian yang dikenakan hari ini. Seperti arti harafiahnya, #OOTD digunakan untuk menyertai foto dari pakaian apa yang kita kenakan sepanjang hari tersebut untuk beraktivitas. OOTD bermula dari para fashion blogger yang sering mengupload padu-padanan dari pakaian yang mereka kenakan pada hari tertentu, karena mereka memposting foto hampir setiap hari, pada akhirnya terciptalah hashtag OOTD tersebut. Tren ini sudah marak dari sekitar tiga tahun kebelakang. Foto yang diupload biasanya foto keseluruhan tubuh yang menonjolkan pakaian yang dikenakan, tidak hanya menyertakan hashtag #OOTD namun juga memberi caption nama brand apa yang dikenakan dan sedikit quote untuk menambah nilai dari visual yang disajikan.

salah satu fashion blogger yang di repost oleh akun instagram @ootdindo

Untuk media sosial instagram sendiri #OOTD telah mencapai sekitar 57 juta post foto, luar biasa bukan? OOTD sendiri biasanya digunakan oleh anak muda yang gemar “pamer” pakaian apa yang sedang mereka kenakan, namun, kebanyakan dari mereka hanya memposting foto dengan pakaian bermerek saja, sedikit sekali yang menggunakan hashtag ini dengan pakaian yang biasa, atau pakaian yang tidak memiliki merek terkenal. Selain anak muda yang gemar mempertontonkan pakaian yang sedang mereka kenakan, para penjual barang di online shop juga kerap menggunakan hashtag ini agar barang dagangan mereka mudah ditemukan oleh para instagramers (sebutan untuk pengguna media sosial instagram), ya, OOTD bukan hanya dijadikan iseng-iseng atau hobi, namun juga merambah ke bidang bisnis dan jual-beli yang biasanya dilakukan secara online. Di indonesia sendiri, bahkan telah ada akun instagram khusus untuk OOTD dimana akun instagram ini mengumpulkan dan merepost (memposting ulang) foto-foto secara acak dari orang-orang yang menggunakan #OOTD atau men-tag foto ke akun ini, tujuannya pun masih kabur, apakah akun ini pada akhirnya akan menghasilkan “selebritis instagram” melalui hashtag OOTD tersebut atau hanya sekedar iseng untuk menambah euforia fenomena ini.

salah satu yang direpot oleh akun @ootdindomen
OOTD ini pun tidak mengenal jenis kelamin, bukan hanya kaum perempuan saja yang menggunakan dan berani “pamer” dengan hashtag ini tetapi kaum laki-laki juga sering menggunakannya, kebanyakan mereka memposting foto dengan pose bak model-model kawakan padahal belum tentu mereka memilik basic sebagai seorang model.
Selain untuk menyalurkan hobi dan berjualan, hashtag ini juga digunakan dalam urusan marketing. Sering kali kita mendengar kata endorse di instagram, sistem endorse ini menggunakan sistem barter. Biasanya seorang yang telah memiliki followers dengan jumlah tertentu akan mendapat berbagai penawaran dari berbagai macam brand fashion untuk menjadi semacam “brand ambassador” tanpa ada kontrak yang mengikat dan tanpa perjanjian hitam di atas putih. Mekanismenya, seorang yang memiliki followers banyak ini akan mendapat suplai pakaian untuk mereka ber-OOTD-ria secara gratis namun mereka harus menyertakan brand tersebut dalam postingan  foto mereka di akun sosial medianya yang bertujuan untuk mempromosikan brand tersebut. Kerjasama semacam ini sifatnya saling menguntungkan, brand maupun orang yang mendapat suplai pakaian gratis akan mendapat keuntungannya masing-masing.

salah satu penyanyi Indonesia, Raisa yang melakukan endorsement dari salah satu brand fashion

Setelah kita tahu mengenai OOTD ini, saya akan coba membahasnya dari segi yang lain yakni lifestyle dan hubungannya dengan era post-modern yang sedang berlangsung saat ini.
Lifestyle adalah pola atau cara seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat, dan opininya (Kotler,2002). Ada tiga poin penting dalam lifestyle, yaitu aktifitas, minat, dan opini. Nah, untuk kasus OOTD, sudah sangat jelas OOTD bagi peminatnya merupakan bagian dari aktifitasnya, lebih tepatnya cara mereka berpakaian selama satu hari tersebut. Aspek kedua adalah minat, dimana orang-orang yang senang ber-fashion-ria (sebut saja fashionista) sangat tertarik dan memiliki minat pada bidang fashion, terutama pakaian jenis dailywear atau pakaian sehari-hari, para fashionista percaya bahwa dengan mereka memakai pakaian yang bagus ketika menjalani harinya pada akhirnya akan memberikan nilai tambah pada diri mereka, atau paling tidak membuat mereka lebih percaya diri. Aspek yang terakhir adalah aspek opini, aspek ini menyangkut tentang pendapat inside-outside, maksudnya adalah pendapat dari diri mereka ketika mereka melakukan OOTD, dan pendapat orang sekitar mereka ketika melihat mereka melakukan OOTD tersebut. Para fashionista ini memilik pendapat bahwa mereka akan terlihat keren ketika mereka telah berhasil berdandan dan mempostingnya dimedia sosial sehingga orang tahu pakaian apa yang mereka pakai pada hari itu untuk berkegiatan, lebih bagus lagi ketika mereka mendapat banyak like atau love dan komentar-komentar memuji pada akun sosial medianya, hal ini akan membuat mereka termotivasi untuk melakukannya lagi pada hari-hari selanjutnya. Sedangkan pendapat orang lain pada akhirnya akan berpengaruh juga pada orang tersebut, seperti yang saya telah sebut diatas bahwa komentar-komentar yang positif (pujian) akan membuat mereka melakukan OOTD lagi dihari-hari selanjutnya. Saya kurang mengerti apakah akhirnya siklus ini akan menimbulkan euforia tersendiri bagi pelaku atau mungkin menimbulkan semacam kecanduan untuk ber-OOTD-ria setiap harinya.

beberapa non-models yang memiliki lifestyle seperti model dan kerap memposting foto OOTD

Yang kedua, mari bahas fenomena OOTD ini dalam bidang era post-modern yang mana saat ini sedang kita jalani. Sebelum menghubungkan keduanya, berikut akan saya sebutkan beberapa ciri dari era post-modern.


Ciri-ciri era post-modern:
1.              Adanya hasrat memuaskan keinginan (needs vs wants)
2.              Manusia memiliki identitasnya secara individual
3.              Pemikiran yang relatif (tidak ada nilai kebenaran mutlak)
4.              Produk memiliki identitas
5.              Manusia cenderung hidup berkelompok sesuai kepribadiannya
6.              Munculnya sifat konsumerisme
7.              Munculnya “agama” kecil (fanatik terhadap sesuatu)

Nah, dari ciri-ciri era post-modern diatas, mari kita coba bahas mengenai fenomena OOTD ini.
Fenomena OOTD ini dapat dikategorikan dalam dua aspek, kebutuhan dan juga keinginan, kebutuhan untuk sebagian orang yang sangat ingin mencolok atau stand out dikalangannya (khususnya di sosial media), dengan OOTD mereka akan merasa kebutuhannya untuk disorot publik akan terpenuhi. Lain halnya dengan orang yang menggunakan OOTD ini hanya sebagai suatu hobi atau sesuatu yang tidak harus, jadi mereka sekedar memuaskan hobinya untuk mempertontonkan pakaian yang ia kenakan pada hari tertentu. Dengan OOTD ini pula, para fashionista dapat menunjukkan kepribadiannya melalui jenis style yang mereka anut, sebagai contoh mereka yang memiliki kepribadian yang tomboy dan sedikit cuek akan menggunakan pakaian yang edgy dan tidak feminin, dari foto-foto yang mereka upload orang akan dapat melihat kira-kira orang tersebut menganut jenis gaya yang seperti apa. Pada akhirnya akan terkotak-kotak gaya yang ditampilkan pada foto yang diupload dan orang yang melihat akan dapat menilai identitas pengupload tersebut. Dalam bidang fashion, memang tidak ada nilai mutlak karena fashion dapat dieksplor seluas mungkin, contohnya, ada beberapa fashionista yang berjenis kelamin laki-laki mengupload foto OOTDnya menggunakan sepatu berhak atau kerap disebut sepatu heels. Tidak ada nilai yang mutlak seperti apa orang harus berpakaian atau ber-OOTD, pemikirannya relatif, benar atau salah tidak ada yang dapat menentukannya. Begitu pula dengan produk-produk yang dikenakan, produk dengan citra tertentu akan dikenakan oleh orang yang merasa produk tersebut dapat mencirikan kepribadiannya. Produk telah memiliki citra dan “gender”nya masing-masing. OOTD ini juga memunculkan kelompok-kelompok tersendiri secara tidak langsung, orang-orang yang senang melakukannya akan secara tidak langsung membentuk kelompok sosial tersendiri, beda dengan mereka yang tidak senang melakukan OOTD ini, akan menganggap ber-OOTD in merupakan kegiatan yang tidak penting. Selain dampak-dampak yang diatas, fenomena ini juga pada akhirnya melahirkan sifat konsumerisme dan fanatisme pada satu produk, misalkan seorang fashionista akan secara terus-menerus menggunakan suatu produk milik brand tertentu sehingga secara tidak langsung ia akan mengenakan dan menjadikan brand tersebut sebagai representasi dari gaya yang ia miliki. Contoh merek sepatu A, seorang yang memiliki fanatisme terhadap merek tersebut akan memposting foto OOTDnya menggunakan merek tersebut secara terus-menerus, tanpa sadar ia telah melakukan konsumsi berlebih terhadap produk tersebut, bukan lagi menggunakan fungsi utamanya sebagai alas kaki, melainkan menggunakan sepatu A karena menurutnya produk sepatu A tersebut telah melekat dengan dirinya dan orang-orang akan menilai dirinya keren ketika menggunakan sepatu A tersebut.

gathering pertama komunitas OOTDINDO 

Setiap tren atau fenomena yang sedang booming ditengah masyarakat pasti akan memiliki pro dan kontranya, begitu juga dengan tren OOTD ini, bagi orang yang senang berdandan dan memposting fotonya ke media sosial akan sangat senang dan puas ketika melakukannya, tetapi untuk sebagian orang yang tidak suka, akan mengganggapnya sebagai suatu kegiatan yang sia-sia. Oleh karena itu, sebaiknya kita bijaksana dalam memilih apakah kita akan mengikuti tren tersebut atau tidak. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan ketika kita akan mengikuti sebuah tren yang sedang berlangsung.


So, what outfit do you wear today ? is it a must-have fashion item ?

Urban, Preppy, Masculine and Educated




Seberapa sering anda pergi traveling dalam satu tahun? satu kali, dua, atau lima kali bahkan? Bagi anda yang gemar traveling mungkin bisa melakukannya hingga empat sampai lima kali dalam setahun. Nah, sekarang pertanyaannya apakah label "traveler" telah melekat dalam identitas anda? apakah traveling dapat dikategorikan menjadi sebuah gaya hidup? Pada postingan kali ini saya akan membahas tentang gaya hidup dan relevansinya terhadap dunia periklanan, namun sebelumnya apa itu lifestyle atau gaya hidup ?

Lifestyle atau dalam bahasa indonesianya gaya hidup merupakan suatu pola atau cara bagaimana seseorang menghabiskan waktunya (melakukan aktivitas), apa yang orang tersebut pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang tersebut pikirkan tentang diri sendiri dan lingkungan sekitarnya (opini). Jadi ada tiga poin utama dalam lifestyle, yaitu AKTIVITAS, MINAT dan OPINI.

Terdapat dua tipe gaya hidup, yakni:

1. Gaya Hidup Diferensiasi
Gaya hidup ini merupakan gaya hidup dimana seseorang mesuk kedalam komunitas yang telah ada dalam masyarakat.
Contohnya: komunitas pengguna android, komunitas penyuka musik jazz, pengguna tas Hermes,dll.

2. Gaya Hidup Alternatif 
Gaya hidup alternatif merupakan gaya hidup yang melawan arus yang sedang menjadi tren (antimainstream) dan cenderung menolak kaum kapitalis.
Contoh: komunitas swadaya pangan, komunitas penyuka musik grunge,dll.

Selanjutnya, saya akan mencoba menghubungkan antara sebuah produk yang dipromosikan melalui iklan tv dengan audiens yang memiiki gaya hidup yang menjadi target dari iklan tersebut.



Tentang Timberland

Timberland berdiri pada tahun 1978, sebelumnya brand ini bernama Abington Shoe Company yang didirikan pada tahun 1952 oleh Nathan Swartz. Berlokasi di 200 Domain Drive, Stratham, Amerika Serikat dan telah membuka cabang independen maupun non-independen hampir diseluruh dunia dan telah mempekerjakan sekitar 7.500 orang yang tersebar diseluruh dunia. Timberland berfokus pada produk alas kaki (umumnya boots) dan memiliki visi untuk memperlengkapi orang-orang yang mengenakan Timberland untuk memiliki perbedaan ditempat orang tersebut berada, atau membuat orang tersebut lebih mencolok dengan boots yang ia kenakan. Kini Timberland telah melebarkan sayap ke area lainnya, seperti jaket, tas, jam tangan dan beberapa produk fashion lainnya. Bran Timberland memang dikenal dengan brand yang ditujukan untuk para petualang yang sebagian besar aktivitasnya dilakukan diluar ruangan. Selain itu, Timberland juga mengutamakan produknya yang ramah lingkungan dan tidak menyampahi bumi, salah satunya dengan cara memproduksi produk-produknya dengan bahan yang dapat didaur ulang dan menggunakan bahan dari alam.

Kali ini saya akan fokus membahas tentang produk boots dari Timberland, dibawah ini adalah iklan salah satu produk timberland khusus boot yang diluncurkan tahun lalu.




Dapat kita lihat dalam campaign ad Timberland diatas dengan model laki-laki urban yang memiliki style preppy dan dengan pembawaannya yang lebih maskulin mengenakan produk Timberland. Gaya preppy dapat kita lihat pada pakaian yang ia kenakan seperti kemeja, vest, dasi, sabuk dan harness. Atribut tersebut dapat mengindekskan citra dari gaya formal kasual yang ditunjukkan oleh laki-laki yang menjadi model dalam campaign ad ini. Sedangkan maskulin dapat kita lihat dari cara berjalan dan atribut-atribut yang dikenakan yang sebagian besar bermaterialkan leather/kulit, juga warna outfit yang dikenakan yang sebagian besar mencitrakan sisi maskulin dari model tersebut.

Campaign ad ini dapat dianalisa ditujukan untuk target audience dengan kategori ekonomi menengah keatas, bertempat tinggal di daerah urban, berjenis kelamin laki-laki, gemar memakai produk berbahan dasar kulit, beraktivitas di lingkungan yang lebih formal namun aktif di pekerjaan lapangan, dan memiliki karakter yang maskulin. Dapat disimpulkan gaya hidup target audience adalah gaya hidup perkantoran di perkotaan dimana target audience membutuhkan sepatu yang nyaman, stylish, namun tetap terlihat formal untuk aktivitas kesehariannya.

Contoh public figure yang mengenakan produk Timberland adalah kakak beradik Drew dan Jonathan Scott yang membintangi reality show Property Brothers. Property Brothers adalah acara reality show asal Kanada yang menceritakan tentang dua kakak beradik yang saling membantu mencarikan, membeli dan merenovasi rumah impian dari para kliennya. Mereka berdua memiliki aktivitas yang cukup menguras energi dan bekerja di tempat-tempat yang lebih memerlukan atribut yang kuat, namun tetap berdandan formal. berikut contoh berpakaian Drew dan Nathan Scott ketika mereka bekerja.



Dari gambar diatas dapat dilihat dari gaya berpakaian yang formal tapi tetap membutuhkan alas kaki yang kuat dan mencirikan kesan formal. Daerah ativitas mereka juga rata-rata diperkotaan sehingga mereka termasuk kaum urban. Selain itu dapat dilihat juga dari gaya dan pembawaan mereka yang lebih maskulin sangat cocok menjadi tokoh atau figur yang memiliki citra yang mirip dengan produk Timberland.

Sehat, Kebutuhan atau Lifestyle ?


Hi, Readers! Diantara kalian apakah ada yang kecanduan sosial media sampai-sampai sulit lepas dari gadget? atau paling tidak, jika tidak sedang mengutak-atik gadget, pasti gatal untuk nonton tv atau mendengarkan radio, pokoknya harus tahu update-an terbaru dari lingkungan sekitar? Nah, kalau ada diantara kalian yang seperti itu, saya juga. Tapi apakah kalian pernah memperhatikan lebih lanjut tentang fenomena-fenomena hasil dari kecanduan sosial media atau media massa tersebut? Contoh sederhananya, sedikit bercerita tentang pengalaman saya, saya pernah suatu kali sedang nonton tv pada kondisi saya sedang tidak lapar, tetapi kemudian ada iklan sebuah restauran pizza yang menampilkan menu barunya dan sekonyong-konyong membuat rasa penasaran dan ingin mencoba timbul, tanpa pikir panjang, saya dan teman saya langsung menuju restauran itu dan memesan menu baru yang mereka iklankan tersebut. Kasus itu baru merupakan contoh kecil yang saya alami, semacam needs vs wants, diluar sana masih banyak lagi contoh kasus yang lebih dari yang saya alami. Sehebat itukah pengaruh media massa terhadap kita? Mari kita sama-sama lihat.

Seperti yang sudah saya ceritakan diatas, materi inilah yang akan saya bahas kali ini, media massa yang pada akhirnya memunculkan hegemoni ditengah-tengah masyarakat. Ngomong-ngomong apa itu hegemoni ? Secara sederhananya, hegemoni adalah penguasaan atau pendudukan suatu pihak dengan pihak lainnya yang dilakukan secara "sukarela", berdasarkan kesepakatan-kesepakatan tertentu. Dapat disimpulkan, bahwa hegemoni terjadi tanpa paksaan atau semacamnya, pihak yang dikuasai dengan sukarela membiarkan dirinya dikuasai. Kurang lebih inilah kondisi masyarakat yang berhasil dikuasai oleh media massa dan tentu pihak-pihak yang mengiklankan produk-produk tersebut.

Mari ambil satu contoh hegemoni yang ada ditengah masyarakat modern ini, saya akan mencoba menganalisa tentang gaya hidup sehat atau yang kerap disebut healthy lifestyle yang ada dimasyarakat akhir-akhir ini. Produk yang berhubungan dengan gaya hidup sehat yang akan dibahas kali ini adalah Tropicana Slim. Berapa banyak orang yang takut diabetes karena terlalu banyak mengkonsumsi gula dalam setiap makanan atau minuman yang ia konsumsi? Banyak. Tropicana Slim menggunakan fenomena ini untuk menjual produknya, berikut contoh iklan yang ditampilkan Tropicana Slim untuk mengingatkan bahaya diabetes sekaligus mempromosikan produknya.


 Iklan terbaru Tropicana Slim - Ask for Tropicana Slim 15s

 

Iklan Tropicana Slim diatas secara gamblang ditujukkan untuk anak muda yang menganut gaya hidup sehat, dapat dilihat dari model dalam iklan yang memiliki kebiasaan menggunakan produk gula Tropicana Slim dalam minuman yang mereka konsumsi. Secara tidak langsung Tropicana Slim ingin masyarakat, khususnya anak-anak muda untuk menggunakan gula Tropicana Slim jika ingin menjaga kesehatannya dan terhindar dari penyakit diabetes. Iklan ini akan sangat berdampak kepada mereka yang sangat mengutamakan kesehatan dalam hidupnya, mereka yang takut gemuk, takut terkena penyakit ini itu dan juga mereka yang mungkin punya pengalaman dengan penyakit tertentu sehingga terdoktrin bahwa kesehatan adalah segalanya. Tetapi untuk mereka yang cenderung cuek untuk masalah kesehatan? mereka akan secara langsung menolak dan mengabaikan iklan ini dan apa yang Tropicana Slim coba sampaikan dalam iklan tersebut, inilah hegemoni, ketika suatu kelompok masyarakat telah menganut suatu nilai, mereka akan mempertahankan keyakinan mereka tersebut. Berikut ini beberapa contoh iklan lain dari Tropicana Slim yang berbicara mengenai konsumsi gula dan resiko yang akan terjadi jika kita terjangkit diabetes.

 

resiko kebutaan karena diabetes

 
diabetes menyerang generasi muda

Setelah melihat pengaruh media massa terhadap masyarakat yang kemudian menciptakan hegemoni-hegemoni, lalu siapa saja pihak yang diuntungkan oleh fenomena ini? saya pikir semua pihak mendapat keuntungan dengan adanya hegemoni ini. Mari kita lihat dari sudut pandang pemodal, dimana disini adalah Tropicana Slim. Dalam kasus ini Tropicana Slim membantu masyarakat untuk menghindari penyakit diabetes dengan produknya, memberikan solusi, tips, bahkan memberikan contoh dampak yang terjadi apabila kita terlalu banyak mengkonsumsi gula kemudian mendapatkan feedback dimana produknya pada akhirnya digunakan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Kemudian kita lihat dari sisi target marketnya, masyarakat disadarkan akan bahaya diabetes dan bagaimana cara mengurangi konsumsi gula yang menjadi penyebabnya dan dengan produk Tropicana Slim, masyarakat tidak perlu menakar-nakar lagi seberapa banyak gula yang harus dikonsumsi. Kemudian dari sisi media massa, pengusaha-pengusaha media massa akan diuntungkan karena Tropicana Slim akan terus mengiklankan produknya dan mendatangkan pemasukan dan membuat media massa terus hidup ditengah masyarakat. Kesimpulannya, semua pihak mendapatkan keuntungannya sendiri-sendiri melalui fenomena ini, baik dari pihak pemodal, target market dan pihak media massa nya sendiri.

Nah, berdasarkan analisa diatas tentang healthy lifestyle yang sedang menjamur dimasyarakat modern ini, hegemoni apa yang terjadi pada kalian? keyakinan terhadap suatu merek pakaian? atau mungkin, paling tidak kalian termasuk penganut keyakinan "tiada hari tanpa sosial media"? Bisa jadi.

Pluralisme pada Zaman Post Modern


Menyambung dari tulisan pertama saya, kini pembahasan tentang post modern menjadi lebih luas dan dalam, kini akan dibahas pada bagian ini tentang pluralisme dalam zaman post modern. Pertama-tama sebelum membahas lebih lanjut, mari kita lihat bersama beberapa ciri-ciri zaman post modern, adapun ciri-ciriya:

1. Adanya kegiatan memuaskan keinginan yang pada akhirnya menimbulkan Needs (kebutuhan) VS Wants (Keinginan)

2. Manusia sekarang telah memiliki identitasnya sendiri-sendiri

3. Semua orang dalam memiliki "power" di masyarakat

4. Segala macam pemikiran/pendapat tentang apa yang benar menjadi relatif

5. Penggunaan sosial media yang menjadi lebih nyata dari dunia nyata itu sendiri

6. Masyarakat cenderung membentuk kelompok-kelompok kecil dan kelompok tersebut bersifat fanatik terhadap sesuatu yang dipujanya.

7. Semua produk kini telah memiliki identitasnya masing-masing

8. Munculnya budaya konsumerisme

9. Setiap orang cenderung individualis dan tidak peka terhadap lingkungan sekitarnya

10. Munculnya "agama" kecil, seperti ketergantungan orang terhadap suatu merek tertentu

Ciri-ciri lain yang membedakan zaman post modern dengan zaman sebelumnya yang akan di angkat lebih lanjut pada tulisan ini adalah Bricolage, Pastiche, Parodi, dan Dekonstruksi. Ada yang pernah mendengar tentang keempat hal tersebut ? kalau belum, mari sama-sama kita lihat penjabarannya...


1. BRICOLAGE

Menurut Dictionary.com : 

Bricolage 
noun [bree-kuh-lahzh, brik-uh-]

plural bricolages [bree-kuh-lah-zhiz, ‐lahzh]

1. a construction made of whatever materials are at hand; something created from a variety of    available things.

2. (in literature) a piece created from diverse resources.

3. (in art) a piece of makeshift handiwork.
4. the use of multiple, diverse research methods

Dapat diartikan Bricolage adalah karya yang memanfaatkan segala macam objek/aspek yang ada disekitar kita tanpa memerhatikan fungsi aslinya.

Contoh bricolage:

Gambar diatas merupakan salah satu contoh bricolage dalam bidang arsitektur, gambar diatas diambil di Amsterdam disalah satu pertunjukkan seni patung, gambar diatas menunjukkan beberapa karavan yang disusun sedemikian rupa menjadi seperti satu kesatuan rumah yang emmiliki taman didepan rumah tersebut, kemudian menggunakan tangga multiplex ala Montreal yang digunakan untuk menjembatani satu ruangan ke ruangan lainnya.
Dikategorikan sebagai bricolage karena karya seni diatas tersebut menggabungkan beberapa material tanpa memikirkan fungsi atau penggunaan benda-benda tersebut seperti biasanya dan menyusunnya menjadi sebuah bentuk baru.


2. PASTICHE

Menurut Dictionary.com :

Pastiche
noun [pa-steesh, pah-]

1. a literary, musical, or artistic piece consisting wholly or chiefly of motifs or techniques borrowed from one or more sources.







2. an incongruous combination of materials, forms, motifs, etc., taken from different sources; hodgepodge.
Dapat diartikan Pastiche adalah kegiatan peniruan/imitasi terhadap karya yang telah ada.
Contoh pastiche :
 


Foto di atas merupakan contoh dari pastiche karena dapat dilihat perbandingan dari kedua foto, foto dikanan adalah foto asli dari Audrey Hepburn (seroang aktris dari Inggris). Kemudian foto disebelah kiri adalah seorang perempuan dari Cina yang meniru Audrey Hepburn pada foto di sebelah kanan. Terlepas dari apa tujuannya, pastiche merupakan kegiatan meniru sesuatu yang telaha da sebelumnya.


3. PARODY

Menurut Dictionaty.com :

Parody
noun [par-uh-dee]
plural [par-uh-deez]

1. a humorous or satirical imitation of a serious piece of literature or writing: his hilarious parody of Hamlet's soliloquy.

2. the genre of literary composition represented by such imitations.

3. any humorous, satirical, or burlesque imitation, as of a person, event, etc.

4. a poor or feeble imitation or semblance





 
Verb (used with object), parodied, parodying.
5. to imitate (a composition, author, etc.) for purposes of ridicule or satire.
6. to imitate poorly or feebly; travesty.

Dapat diartikan bahwa praodi adalah kegiatan/aktivitas meniru sebuah karya yang telah ada dengan tujuan membuatnyamenjadi lelucon atau bertujuan untuk mengolok-oloknya.

Contoh parodi :


Gambar diatas merupakan salah satu contoh dari parodi. Gambar diatas memparodikan seorang rapper asal Amerika, Nicki Minaj dengan salah satu lagunya Anaconda yang menjadi kontroversi karena terdapat beberapa gerakan yang menonjolkan bagian bokong penyanyi tersebut. Parodi dilakukan oleh satu satu designer kaos yang mengubah nicki minaj menjadi Gary (siput peliharaan Spongebob) dan membuatnya menjadi lucu.


4. DEKONSTRUKSI

Menurut Dictionary.com :

Deconstruction
noun [ dee-kuh n-struhk-shuh n]
1. a philosophical and critical movement, starting in the 1960s and especially applied to the study of literature, that questions all traditional assumptions about the ability of language to represent reality and emphasizes that a text has no stable reference or identification because words essentially only refer to other words and therefore a reader must approach a text by eliminating any metaphysical or ethnocentric assumptions through an active role of defining meaning, sometimes by a reliance on new word construction, etymology, puns, and other word play.
Dapat diartikan bahwa dekonstruksi adalah perekonstruksian atas segala sesuatu yang telah terkonstruksi dengan tujuan menambah niai aslinya.
Contoh dekonstruksi :
 

Gambar di atas merupakan contoh dari dekonstruksi. Gambar tersebut menunjukkan sebuah ambience media yang dimana bentuk manusia yang disusun dari tumpukan kertas, kertas yang fungsinya sebagai wadah menulis atau menggambar kini dibentuk menjadi serupa manusia. Bentuk menusia tersebut terbentuk dari kertas berwarna pink yang isinya menuliskan kampanye tentang kanker kulit, tentang cara menghindari kanker kulit dengan menggunakan sunblock dan sebagainya, termasuk dekonstruksi karena telah menggantikan fungsi asli dari kertas menjadi bentuk manusia dan menambah nilai kertas menajdi sebuah kampanye.
















#TANDA

(IKON, INDEKS DAN SIMBOL)

 

Teori Pembacaan Tanda Menurut Pierce

Charles Sanders Pierce (1839-1914) mengemukakan teori tentang Tanda yang disebut sebagai teori semiotik. Pierce memperkenalkan istilah semiotik dengan hubungan segitiga triadik, yaitu tanda dipilih (representamen), makna tanda (interpretant) dan objek itu sendiri.

Teori Pierce ini telah menyempurnakan teori Saussure sebelumnya, dimana objek benar-benar merepresentasikan maknanya, misalkan : sebuah sepatu akan diartikan sama oleh semua orang sebagai sepatu, padahal dipikiran setiap orang sepatu itu berbeda-beda, ada sepatu pantofel, heels, boots, dan lainnya.

Pierce memperhitungkan keambiguitasan sebuah tanda, misalkan: jika seseorang menyebutkan kata "tas", maka orang dapat melihat dari latar belakang orang yang menyampaikan pesan, ada beberapa faktor seperti gender, usia, tempat tinggal yang mempengaruhi pengertian "tas" tersebut. Pierce membuat komunikasi lebih mudah karena tidak akan terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan sebuah objek.

Dalam objek, ada tiga hal penting yang harus diperhatikan, yaitu : 

1. Ikon
Ikon merupakan tanda yang memiliki kemiripan "rupa". sebagai mana yang telah ada wujud nyatanya. Penggambaran ikon ada dengan dua cara, yaitu ilustratif (sesuai bentuk aslinya) dan diagramattik (dalam bentuk penyederhanaan).
contoh : pohon, gunung, daun, tempat sampah, buku, dsb.

2. Indeks
Indeks merupakan tanda yang menunjuk kepada sebuah arti, indeks sering juga disebut sebagai "petunjuk".
contoh : marka jalan, lampu lalu-lintas, plang nama jalan, dsb.

3. Simbol
Simbol merupakan tanda yang bersifat mewakili sebuah hal yang lebih besar yang ada dibelakangnya. Simbol juga biasanya menunjukkan arti yang telah disepakati bersama.
contoh : logo perusahaan, simbol-simbol keagamaan (salib, bangunan mesjid, kitab suci), dsb.



KINGSMAN : THE SECRET SERVICE

 

http://cdn1.sciencefiction.com/wp-content/uploads/2014/05/Kingsman-The-Secret-Service-poster.jpg

 

SINOPSIS


Kingsman : The Secret Service menceritakan tentang sebuah organisasi rahasia di Inggris yang merekrut seorang pemuda yang berpotensi untuk dilatih dan bergabunga dengan organisasi rahasia tersebut, namun ia tidak sendirian, ia harus berkompetisi dengan beberapa pemuda lain yang juga akan menjadi salah satu kingsman. Di lain pihak, ada seorang penjahat yang menggunakan teknologi canggih untuk memporakporandakan penduduk diseluruh dunia, Eggsy dan beberapa rekannya harus berusaha mencari cara untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran. 

Tanggal Rilis Perdana : 13 Februari 2015
Genre : Aksi
Sutradara : Matthew Vaughn
Produser : David Reid, Adam Bohling dan Matthew Vaughn
Produksi : 20th Century Fox
Durasi : 129 Menit



TOKOH

Tokoh Utama

1. Colin Firth sebagai Harry Hart/Galahad
2. Taron Egerton sebagai Gary "Eggsy" Unwin
3. Samuel Jackson sebagai Richmond Valentine
4. Mark Strong sebagai Merlin
5. Sofia Cookson sebagai Roxy

Tokoh Pendukung

1. Michael Caine sebagai Arthur/Chester King
2. Mark Hamill sebagai Professor James Arnold
3. Jack Davenport sebagai Lancelot
4. Samantha Womack sebagai Michelle Unwin
5. Geoff Bell sebagai Dean 




 ANALISIS TANDA DALAM FILM

ANALISA VISUAL

http://alderinagracia.com/kingsman-the-secret-service-2014/

Ikon

Dalam adegan di atas terdaapt beberapa ikon yang muncul, yaitu:

1. Dua orang laki-laki (ilustratif)
2. Setelan Jas (ilustratif)
3. Dasi (ilustratif)
4. Kacamata (ilustratif)
5. Payung (ilustratif)
6. Sepatu (ilustratif)
7. Topi (ilustratif)
8. Kaos berkerah (ilustratif)
9. Jaket (ilustratif)
10. Celana panjang (ilustratif)
11. Sepatu (ilustratif)
12. Pagar pembatas jalan (ilustratif)
13. Pintu kayu (ilustratif)
14. Plang nama toko (ilustratif)
15. Sticker (ilustratif)

Indeks

Dalam adegan di atas terdapat beberapa indeks yang merujuk pada sebuah arti, yaitu:

1. Nomor 10 pada pintu toko menunjukkan bahwa bangunan tersebut bernomor 10 pada jalan tersebut.
2. Plang nama yang diletakkan di depan toko menunjukan nama dari toko tersebut.
3. Jas-jas yang didisplay di etalase depan toko menunjukkan bahwa toko tersebut menjual pakaian jas.
4. Pagar pembatas jalan menunjukkan orang tidak dapat melalui jalan yang dipagari tersebut.
5. Sticker yang dipasang di kaca etalase toko menunjukan informasi yang harus diketahui pengunjung tentang toko tersebut.
6. Lelaki yang memakai setelan jas menunjukkan lebih dewasa dan formal.
7. Lelaki yang memakai topi, jaket dan sepatu keds menunjukkan gaya yang lebih santai dan muda. 

Simbol

Dalam adegan di atas terdapat simbol yang menunjukkan sebuah maksud, yaitu:

1. Logogram "Dege-Skinner"
2. Logotype "Dege-Skinner"


ANALISA AUDIO 


IKON

Pada cuplikan video di atas terdapat ikon suara, yaitu :

1. Suara tombol handphone ditekan
2. Suara tembakan
3. Suara tombol jam ditekan 
4. Suara tangan menepuk leher

INDEKS

Pada cuplikan video di atas terdapat beberapa indeks suara, yaitu :

1. Instrumen musik yang intens, menunjukkan bahwa suasana dalam adegan tersebut menegangkan
2. Suara tembakan menunjukkan bahwa sedang terjadi tembak-menambak dalam adegan tersebut
3. Suara tombol handphone ditekan menunjukkan bahwa seseorang akan menghubungi seseorang melalui handphone


MANFAAT TANDA UNTUK FILM

Manfaat tanda untuk film tersebut adalah tanda-tanda tersebut membantu film untuk menjelaskan maksud-maksud tertentu tanpa harus disebutkan secara verbal, tanda tersebut bukan hanya memudahkan pembuat film tetapi juga penonton sebagai penikmatnya, tanda tersebut akan membantu penonton  memahami maksud pembuat film dan maksud dari visual tanpa harus dijelaskan satu-persatu. Tanda tersebut membuat penonton mengerti, tanpa harus dijelaskan.













Previous PostPostingan Lama Beranda